Senin, 22 Maret 2010

Renungan ku Hari Ini, Esok, Hingga Sakratul Maut

Renungan ku Hari Ini, Esok, Hingga Sakratul Maut
oleh: Jeanny Muslimah - on Facebook
posting By: Akhina Yusuf  El Amir 

Bismillahir rohmanir rohiim.
Assalamua’laykum wr.wb.
Saudara-saudariku yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala…

Bagaimanakah Cara Mengintrospeksi Diri?
Kewajiban seorang muslim itu adalah, hendaknya ia selalu melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri sebelum mengucapkan perkataan atau mengerjakan suatu amal perbuatan, serta setelah mengucapkan atau mengerjakannya. Inilah dasar dalam melakukan introspeksi dan itu harus
senantiasa menyertai seorang hamba selama ia masih hidup. Ini termasuk salah satu tanda taufik Allah ta’ala bagi hamba-Nya.
 
Imam Ibnu Qayyim dan Ibnu Jauzi r.a. menyebutkan tentang waktu-waktu dalam sehari atau semalam yang seharusnya seorang muslim itu melakukan introspeksi terhadap dirinya.

Ketika berbicara tentang sebab-sebab yang dapat menyelamatkan dari azab kubur, Ibnu Qayyim r.a. berkata, “Yang paling bermanfaat adalah, hendaknya seorang itu duduk sejenak karena Allah ketika hendak tidur untuk melakukan introspeksi kepada dirinya terhadap kerugian apa yang diterimanya pada hari itu, dan juga keuntungan apa yang didapatkan. Kemudian memperbarui tobat yang tulus antara ia dengan Allah. Lalu ia tidur dalam keadaan telah bertobat dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya jika telah bangun dari tidur.

Hendaknya ia melakukan hal ini setiap malam. Jika ia mati pada malam itu juga, berarti ia mati dalam tobat. Jika ia terbangun dari tidur, berarti ia dapat bangun untuk melakukan amal perbuatan dengan keadaan gembira terhadap penagguhan ajalnya hingga menghadap Rabb-nya, dan menggapai apa yang luput darinya. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba dari pola tidur seperti ini. lebih-lebih bila setelah itu disertai dengan zikir kepada Allah dan mengamalkan sunnah-sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. saat hendak tidur hingga tertidur. Maka, siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia merestuinya untuk melakukan amal-amal tersebut. Tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah.” (dikutip dari Ar-Ruh halaman 186, Muhammad Sakar).

Ibnu Jauzi r.a. berkata, jika seorang hamba telah selesai mengerjakan sholat subuh, hendaknya ia mengosongkan hatinya dalam sesaat untuk menyampaikan persyaratan kepada jiwanya. Lalu berkata kepada jiwanya: Aku tidak memiliki barang perbekalan kecuali umur. Maka jika modal ini telah sirna dariku, akan menjadi suramlah perdaganganku dan juga dalam mencari keuntungan. Ini adalah hari baru yang ditangguhkan oleh Allah bagiku, termasuk ajalku yang masih diberi waktu dan menganugerahkannya kepadaku. Seandainya Allah mewafatkanku, niscaya aku akan berangan-angan sekiranya Allah mengembalikanku ke dunia lagi hingga aku dapat melakukan amal kebaikan.

Hai jiwa, perhitungkanlah itu, andai kamu sudah diwafatkan kemudian dikembalikan lagi. Maka janganlah kamu membuang kesempatan hari ini dengan sia-sia, dan ketahuilah bahwa waktu siang dan malam itu hanya 24 jam, dan bagi seorang hamba itu dihamparkan pada setiap hari 24 peti yang dijajarkan, lalu dibukakan baginya satu peti dan ia pun melihatnya ternyata peti itu penuh dengan cahaya kebaikan-kebaikannya yang telah dilakukannya pada saat itu. Ia pun merasakan kegembiraan lantaran menyaksikan cahaya-cahaya itu.

Cahaya-cahaya yang seandainya dibagikan kepada penghuni neraka, niscaya mereka akan tertegun kagum lantaran membandingkan pedihnya siksa neraka. Lalu peti lainnya dibukakan baginya, warnanya hitam gelap dan aromanya menyeruak serta ditutupi oleh kegelapannya. Itulah saat yang digunakan dalam bermaksiat kepada Allah ta’ala. Maka ia terperanjat dan merasa hina yang seandainya dibagikan kepada penghuni surga, niscaya akan mengusik kenikmatan yang mereka rasakan. Peti yang lainnya pun dibuka dalam keadaan kosong, di dalamnya tidak terdapat apa-apa yang mengusik tidak pula menyenangkan. Itulah saat yang dipergunakannya untuk tidur, atau kalalaian, atau sibuk dengan hal-hal yang mubah. Ia pun bingung terhadap kekosongan peti itu dan dampak yang ditanggungnya seperti orang yang mampu mendapatkan keuntungan yang banyak, tapi ia melalaikannya hingga keuntungan itu luput darinya.

Demikianlah berbagai macam peti waktu-waktunya dihadapkan kepadanya sepanjang umurnya. Lalu berkata kepada jiwanya: Bersungguh-sungguhlah kamu pada hari ini dengan memenuhi petimu dengan kebaikan-kebaikan, jangan biarkan ia kosong dan jangan condong kepada kemalasan, kerendahan, dan kenyamanan tanpa amal perbuatan, akibatnya kamu tidak bisa mencapai derajat orang-orang yang mendapatkan catatan-catatan amal kebaikan sebagaimana yang bisa dicapai oleh orang selainmu. (dikutip dari Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman 371).

Wahai saudara-saudariku yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala…

Sungguh hati dan jiwa ini bergetar, dan air mata haru pun senantiasa membasahi pipi ini, yakni ketika aku mempelajari pemahaman tersebut di atas, lalu mengamalkannya hingga hari ini. Semoga hal tersebut dapat membawa manfaat, serta dapat pula kita amalkan dengan tujuan mengharap ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala, aamiin …

Allah subhanahu wa ta’ala kita tercinta yang berfirman :
“Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi mengingatkan agar mereka bertakwa.” (QS.Al-An’aam {6}: 69).

Sungguh Maha benar Allah dengan segala
firman-Nya.
Wassalamua’laykum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Pencarian